Program donasi BUKU SAHABAT ANAK melalui rekening Bank BRI Unit Sumur Batu Kemayoran No. Rekening 0785-01-000864-50-7 An. Teguh Iman Santoso

Senin, 20 Juni 2011

Buka Wawasan dengan Gerobak Baca

Kemajuan bangsa dan pencapaian kesejahteraan sosial ekonomi, tak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Sumber daya manusia berkualitas, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, serta menguasai teknologi akan dilahirkan dari dunia pendidikan yang memadai pula.
Ironisnya, program wajib belajar pendidikan dasar yang telah berjalan lebih dari dua dasawarsa, hingga kini fasilitas penunjang program pencerdasan bangsa itu, seperti ruang kelas, buku-buku pelajaran, maupun referensi pustaka lainnya, belum terpenuhi secara maksimal. Di beberapa tempat masih dijumpai anak-anak yang menempuh pendidikan dasar, bersekolah di tempat yang sangat bersahaja, dengan fasilitas penunjang seadanya.
Adalah sosok Anisa, seorang anak perempuan berusia 11 tahun asal Desa Tegal Rejo, Pekalongan, Jawa Tengah. Anak keempat dari enam bersaudara ini, setiap hari membantu ibunya, Mak Inah, yang mencari nafkah sebagai tenaga lepas pada salah satu industri rumah tangga pembuatan kain batik. Upah ibunya sebagai tukang nyoret batik, istilah setempat, digabung dengan upah sang ayah sebagai penarik becak, tak lebih dari 10 ribu rupiah sehari. Uang itu digunakan untuk menghidupi Anisa dan ke-5 saudaranya. Penghasilan yang jauh dari mencukupi itu, tentu tak bisa memenuhi keinginan gadis cilik ini untuk membeli buku, sekedar untuk menambah pengetahuan lain.
Kondisi memprihatinkan seperti yang dialami oleh anak-anak dari keluarga pra sejahtera itu, membuat nelangsa hati Sri Widiati.

Bersama suami dan dua orang anaknya, Sri Widiati tahun 1985 mendirikan perpustakaan kecil di rumahnya, di kawasan Panjang Wetan, Pekalongan Utara, berdekatan dengan perkampungan nelayan. Sebagai wujud bakti kepada sang ibu, perpustakaannya ia beri nama seperti nama ibundanya, Dimurti. Koleksi awal sebanyak 96 buku, sebagian besar berupa buku cerita anak-anak, beberapa majalah anak, serta buku-buku umum.
Bagi mereka yang meminjam buku-bukunya, tidak dikenakan biaya apapun. Saat itu yang penting bagi wanita kelahiran Yogyakarta 50 tahun silam ini, adalah menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak nelayan. Karena bukan hal yang mudah untuk memberi pengertian kepada mereka, akan pentingnya membaca untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Setelah berjalan cukup lama, usaha keras Sri Widiati mulai menampakkan hasil. dari tahun ke tahun, pembaca di perpustakaannya semakin bertambah, begitu pula dengan jumlah buku koleksinya. ibu dua anak yang juga bekerja sebagai pegawai negeri sipil kantor Pemda Kota Pekalongan ini, menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menambah koleksi perpustakaannya.
Lima tahun kemudian timbul gagasan di benak Sri Widiati untuk lebih mendekatkan minat baca masyarakat,dengan cara mendatangi pembaca secara aktif. Ide ini timbul setelah koleksi pustaka semakin banyak, sementara tempat penyimpanan tak memadai lagi. Tercatat hingga november 2004, terdapat koleksi buku fiksi dan non fiksi sebanyak 5.204 eksemplar, serta 2.015 eksemplar majalah.
Digunakannya nama gerobak baca, adalah untuk menarik masyarakat mendekati. Gerobak adalah nama yang merakyat, dan merupakan benda yang unik, serta menarik dari segi bentuknya. Dari segi perawatan, tak memerlukan perawatan khusus. Awalnya, Sri Widiati meluncurkan dua unit gerobak baca, masing-masing memiliki koleksi buku hingga 50 eksemplar. Gerobak baca ini pengelolaannya dipercayakan kepada kelompok-kelompok baca yang masuk dalam jaringan perpustakaan masyarakat di Pekalongan. Dari data pengunjung, tercatat hingga 300 orang yang mendatangi gerobak baca ini setiap bulannya. Dan setiap dua minggu hingga satu bulan sekali, buku-buku di gerobag baca ini ditukar dengan koleksi yang lain.

Sri Widiati, berkeinginan untuk terus mengembangkan gerobak baca-nya. Sayangnya masalah biaya menjadi kendala. Untuk satu gerobag baca, setidaknya dibutuhkan biaya pembuatan sebesar 750 ribu rupiah, belum termasuk koleksi buku-bukunya. Sri Widiati menaruh harapan besar, gerobak baca-nya ini di masa mendatang, akan terus dikembangkan. Tak hanya tersebar di kota Pekalongan saja, ia juga ingin mengembangkannya ke luar daerah. Ia optimis, budaya baca di kalangan generasi anak-anak akan terus tumbuh. Dengan daya pikir yang kreatif, banyak cara untuk mencerdaskan anak bangsa, salah satunya melalui gerobak baca, sang jendela dunia.
PERPUSTAKAAN DIMURTI / GEROBAK BACA Perum Bina Griya Jl. Mangga No. 315 Pekalongan 1111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar